TOKOH PEMIKIR ISLAM


Kiai Haji Mas Mansur (1896-1946)


sumber gambar ada disini


    K.H M. Mas Mansur atau Kiai Haji Mas Mansur dilahirkan pada tanggal 15 Muharam 1314 H. bertepatan tanggal 25 Juni 1896 M di Kampung Sawahan No. 4 Surabaya Utara. Pada tahun kelahirannya itu kota Surabaya mulai terbebas dari penyakit kolera yang telah melanda lebih dari tiga puluh tahun. Beliau berasal dari lingkungan pesantren di Surabaya. Memiliki ayah yang bernama Kiai Haji Mas Ahmad Marzuki, seorang alim yang dikenal luas, tidak hanya di Jawa Timur, tetapi juga di Yogyakarta 

Pendidikan pertama yang diterima Mas Mansur tentu saja dari ayahnya di Pesantren Sawahan. Tapi ada yang mengatakan bahwa pada masa kanak -  kanak nya Ia pernah mengaji kitab kuning di Pesantren Sidoresmo, yaitu pondok pesantren Salafiyah “An – Najiyah”, yang pada saat itu diasuh oleh Kiai Haji Mas Muhammad Thoha, Kakek Kiai Haji Mas Muhajir. Disini Mas Mansur mempelajari ilmu Nahwu ( Tata Bahasa Arab ) dan Sharaf ( perubahan dan bentuk makna bahasa arab ). Pada tahun 1906 Mas Mansur dikirim belajar ke pesantren Kademangan, Madura. Pesantren ini dipimpin oleh Kiai Haji Kholil seorang Kiai Masyhur di seluruh Jawa dan Madura pada akhir abad 19 dan awal abad 20. Pada tahun 1908, Mas Mansur belajar ke Mekkah , di Mekkah saat itu terkenal dengan seorang guru dan imam di Masjidil Haram bernama Syeikh Ahmad Khatib. Sebenarnya tidak ada keterangan yang jelas mengenai dengan siapa Mas Mansur belajar tetpi karena tahun wafat guru itu di pertengahan Maret 1916 di Mekkah, maka kemungkinan Mas Mansur berguru kepadanya.

Pada tahun 1910 timbul pergolakan politik diwilayah Hijaz. Dengan maksud orang asing tidak ikut terlibat dalam sengketa polotik tersebut. Mas Mansur yang baru dua tahun mengecap pendidikan di Mekkah sudah bertemu dengan dua pilihan antara terus menuntut ilmu atau kembali ke Tanah Air. Akhirnya jiwa haus akan ilmu Mas Mansur memilih untuk melanjutkan pendidikannya disana.

Maka Mas Mansur memutuskan untuk melanjutkan studinya ke  Universitas Al -  Azhar di Kairo. Sebagai santri hendakya Mas Mansur ingin mengetahui perguruan tinggi yang didirikan oleh Dinasti Fatimiyah pada abad ke 10 Masehi. Para mahasiswa dari Asia Tenggara tidak hanya mempersiapkan menjadi guru dan pembaharu agama saja, tetapi juga menyebarkan cita – cita mereka lewat penerbitan majalah,  seperti Seruan Azhar dan pilihan Timur

Niat Mas Mansur untuk pergi ke Kairo pada saat itu dikirimnya surat untuk ayahnya di Surabaya, tetapi sang ayah tidak memberi izin kepada Mas Mansur karena di Kairo menuru sang ayah tempat itu hanya tempat Plesiran dan Maksiat Belaka. Tetapi karena tekad bulat Mas Mansur Ia tidak bias dihalangi lagi kedatipun tanpa memperoleh persetujuan oleh ayahnya Mas Mansur berangkat menggunakan kapal laut. Di Universitas Al – Azhar, Mas Mansur memilih belajar di Fakultas Al – Din ( ilmu agama ). Sebagai santi yang haus ilmu dan pengalaman,  Mas Mansur tidak menyianyiakan kesempatannya untuk memanfaatkan buku-buku di perpustakaan Uiversitas. Selain buku agama dan sastra arab Ia juga melahap buku – buku pengetahuan umum seperti karya-karya filsafat dan sastra barat karna Mesir merupakan negri arab yang telah lama akrab dengan bangsa barat , Bangsa Eropa pertama yang telah menduudki mesir yaitu Prancis. Kegemarannya membaca itu tampak dengan dibawanya buku – buku yang dibawanya pulang sebanyak satu lemari besar. Mas Mansur tidak hanya menghabiskan waktu di Kairo untuk membaca buku Ia juga mengikuti himpunan mahasiswa dan Mas Mansur gemar mengunjungi tempat – tempat di Kairo atau Mesir hingga Ia mendapatkan pengetahuan  mengenai tempat-tempat disana. Yang paling berkesan adalah kota Syanggit yang terletak di tengah-tengah gurun Libya. Untuk mencapai desa itu Ia menhabiskan waktu enam hari enam malam.karena di desa itu mempunyai lembaga pendidikan semacam pesantren dengan pengajaran yang mengagumkan, sehingga menelurksn kaum cerdik dan pandai.

Kehidupan Mas Mansur di Kairo penuh keprihatinan karena tidak mendapat uang kiriman dari ayahnya karena pada saat akan ke Kairo tidak mendapat izin sehingga tidak mendapat kiriman. Tetapi pada suatu saat salah seorang saudara dari Tanah Air dating untuk melakukan ibadah haji sehingga mampir untuk menjenguk Mas Mansur. Kemudian si Saudara itu pulang ke Surabaya dan memberitahu ayahnya bahwa Mas Mansur telah belajar sungguh-sungguh di Kairo sehingga uang kiriman dari ayahnya kembali rutin lagi.

Pada awal 1914 tatkala Perang Dunia I pecah. Mas Mansur masih berada di Kairo. Di bulan Oktober Inggris menguasai Kairo. Saat keadaan disan akacau tidak mustahil bias mengganggu ketenangan belajar dan bahkan bisa mengancam keselamatan diri Mas Mansur. Maka pada tahun 1915 Ia mninggalkan Kairo menuju ke Mekah. Namun, dikota suci ini tenyata tidak jauh berbeda dengan di Kairo. Karena Mas Mansur tidak betah lagi, pada tahun 1916 Ia kembali ke Tanah Jawa.

Pengabdian Perhatian dan minat Mas Mansur terhadap bangkitnya gerakan kebagsaan dan gerakan pembaharuan pemikiran islam di Tanah Air. Mas Mansur memngikuti perkembangan di Tanah Air melalui para Jamaah haji dan para santi pendatang di Kairo dari Tanah Jawa. Dan mereka mendiskusikannya mencari pola dan bentuk perjuangan, baik dalam hal menbangkitkan kesadaran beragama maupun kesadaran berbangsa. Sementara di Tanah Air sedang terbentuknya gerakan Budi Utomo tahun 1908. Lalu timbul oranisasi meliputi, Serikat Dagang Islamiyah ( yang kemudian menjadi SI ), Indische Partij dan Muhammadiyah. Karena Mas Mansur menyenangi organisasi yang berbau social keagamaan Mas Mansur memilih mengikuti Muhammadiyah yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan

Pada tanggal 11 Agustus 1916, ketika berusia dua puluh tahun Mas Mansur menikah dengan Zakiah binti Arif. Pernikahan ini membuahkan enam anak. Pada tahun 1937 Mas Mansur memboyong keluarganya ke Yogyakarta sehubungan dengan terpilihnya Ia sebagai hoofdbestur (ketua umum) pengurus besar Muhammadiyah yang berpusat di Kota Mataram itu. Sebelumnya, Mas Mansur juga pernah terpilih menjadi Ketua Cabang Muhammadiyah Surabaya. Dan sejak 1932 merangkap sebagai Konsul Pengurus Besar Muhammadiyah. Oleh karena sebagai pimpinan Muhammadiyah Ia tak memperoleh gaji sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Maka dari itu Ia diangkat sebagai guru dan direktur Mdrasah Mu’alimin Muhammadiyah sekaligus bertindak sebagaipimpinan kompleks Mu’alimin sehingga Ia bisa memenuhi kebutuhan keluarganya.
Pada tanggal 1 Oktober 1942, Mas Mansur meninggalkan Yogyakarta kembali ke Surabaya. Ia sempat mecatat agendanya PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) diresmikan. Empat tokoh pemimpin PUTERA – Seorang diantaranya Mas Mansur – digelari “ Empat Serangkai ” atau Al- Arba’. Seminggu kemudian tepatnya  tanggal 13 November 1942, Mas Mansur beserta keluarga bertolak ke Jakarta. Maka bisa ditafsiran bahwa kembalinya dari Yogyakarta ke Surabaya dalam rangka persiapan hijrah ke Jakarta.


Sakit dan wafatnya
Dalam hal kerjasama pemerintahan pendudukan Jepang yang memanfaatkan Mas Mansur untuk meminjam wibawanya dan kharismatiknya untuk menarik simpati bangsa Indonesia yang lebih lagi Mas Mansur merupakan tokoh Islam yang mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Hal tersebut dalam rangka Program Asia Timur Raya-nya. Mas Mansur banyak mengalami tekanan batin yang menyebabkan Ia jatuh sakit. Sakit yang diderita oleh Mas Mansur adalah sakit batin . Mas Mansur menghadiri resepsi di rumah Wali Kota Jakarta , tiba-tiba Mas Mansur melipat sarung yang dikenakannya dan maju mengeluarkan jurus-jurus silat. Hal ini membuat para hadirin tercengang melihatnya , tetapi tak lama kemudian petugas keamanan dating dan mengamankan Mas Mansur. Sutrisno Kutoyo, seorang penulis buku – buku sejarah merasa sulit untuk meneliti mengapa Mas Mansur mendadak jatuh sakit. Sakitnya Mas Mansur ini menjelang kemerdekaan bangsa Indonesia. Saleh Said seorang wartawan dan penulis dari Surabaya , bahwa sakitnya Mas Mansur disengaja oleh Pembesar Jepang dengan menyuntikkan dengan darah monyet , sehingga urat sarafnya terganggu dan mengganggu kestabilan jiwanya. Tetapi ada yang berpikiran yaitu Siti Badillah Zubeir, ketua umum Aisyiah mengatakan bahwa Mas Mansur memang sengaja mengelabuhi Jepang supaya terlepas dengan perintah – perintah yang bertentangan dengan hati nuraninya Siti Badillah Zubeir mengkonformasi bahwa pendapatnya tersebut berasal dari istri Mas Mansur sendiri  artinya tidak ada indikasi bahwa Mas Mansur memiliki sakit jiwa.

Sedangkan Ibrahim sang anak Karena penasaran dia melihat diagnose sang ayah yang ternyata mengalami berkurangnya pengetahuan yang dimiliki . Dokter Soeharto mengatakan hal tersebut wajar karena menginjak masa tuanya. Namun sang anak tetap menduga bahwa ayahnya sakit hati dengang Bung Karno setelah mengalami pertentangan saat PETA di Blitar. Karena perbedaan visi politik antara Mas Mansur dengan Bung Karno. Jadi disimpulkan bahwa beberapa faktor yang menyebabkan Mas Mansur jatuh sakit :

  • 1.      Mas Mansur tidak bisa bersikap sandiwara kepada pihak Jepang
  • 2.      Perlakuan Jepang dan Kempetainya yang semena-mena terhadap rayat serta pemimpin lainnya, termasuk para KiaiPerintah-perintah Jepang yang tak sedikit bertentangan dengan keyakinan beragamanya(seikerei)
  • 4.      Adanya politik isolasi Jepang terhadap dirinya
  • 5.      Ketidakberdayaan dirinya untuk memberontak kepada pemerintah Jepang
Sehingga ia menderita sakit kejiwaan neurosis , suatu keadaan sakit berasal dari konflik kejiwaan yang mempengaruhi emosi. Pada suatu saat bulan April 1946 Mas Mansur marah marah hingga pada puncak kemarahannya memukul kaca pintu hingga pecah. Lalu dibawa ke rumah sakit. Dan pada tanggal 23 Jumadil Awal 1365 H. Bertepatan tanggal 25 April pukul 1946 pukul 01.30 Pagi Mas Mansur menghembuskan nafat terakhirnya jenazahnya dimakamkan di Surabaya.


Karya- Karya Mas Mansur
            Mas Mansur tertarik pada bidang tulis menulis , yang dimanfaatkannya sebagai alat untuk menyebarluaskan berbagai gagasan dan pemikirannya dalam masyarakat didalam upaya untuk mewujudkan cita – citanya media komunikasi pertama yang diterbitkannya adalah
1.      Le Jinem, Pada tahun 1920 di Surabaya.
2.      Suara Santri, Pada tahun 1921
3.      Journal Etude
4.      Proprietair
Semua majalah tersebut membawakan Suara kaum Santri Surabaya. Namun, kecuali Suara Santri , Nama ketiga majalah lainnya seperti mengesankan menggunakan isltilah Prancis. Padahal majalah itu sendiri berbahasa jawa dan ber huruf arab (pegon). Pemakaian nama dan logo majalah kreatif seperti itu mungkin karena pengaruh dari Mas Mansur dari Mesir, di mana Prancis pernah menjajah
            Dalam Le Jinem maupun Suara Santri, Mas Mansur menumpahkan segenap isi hati dan cita-citanya berkenaan dengan perbaikan nasib umat bangsa. Menurut Saleh Said, isi karya tulis  Mas Mansur singkat, padat, jelas dan mudah dipahami. Ia tak segan-segan berpolemik mengenai suatu masalah. Lalu dia mendatangi yang lawan polemiknya jika terjadi kesalahpahaman. Dari tulisan-tulisannya itu tampak betapa tulusnya cita citanya mengangkat umat dari jurang kejumudan,khurafat, dan kemusrikan kepada tingkat kemajuan. Rangkaian kalimatnya pun tampak bijaksana tidak pernah menyakitkan hati para pembacanya. Reputasi  Mas Mansur dibidang ini sempat membawanya sebagai redaktur untuk majalah Kawan Kita Yang Tulus di Surabaya. Malah setelah masyumi terbentuk, akhir 1943, Ia menjabat sebagai pemimpin Umum Suara Muslimin Indonesia.
Mas Mansur aktif juga menulis diberbagai media lain seperti di Hindia Timur dan menjadi penyumbang tulisan untuk majalah-majalah siaran dan kentongan (Surabaya), Penganjur dan Islam Bergerak (Yogyakarta), Panji Islam dan Pedoman Masyarakat (Medan), Adil (Surakarta), Suara MIAI (Jakarta) dan lain-lain. Apabila mendekati hari Islam Mas Mansur banyak menerima surat dari media untuk menyumbangkan buah penanya. Kemudian majalah-majalah itu memuat artikel Mas Mansur disertai potret dirinya. Hal seperti ini membuat Mas Mansur lebih dikenal Masyarakat. Karena kesibukan Mas Mansur dalam berorganisasi,  Ia tidak mempunyai waktu untuk menulis . sehingga Mas Mansur dibantu oleh murid- muridnya.
Mas Mansur juga menulis risalah diantaranya
1.      Hadist Nabawiyah
2.      Syarat syahnya nikah
3.      Adabul Bhaks wal – Munazarah
Kemudian untuk menghormati jasa-jasanya Mas Mansur,mereka menulis kembali ceramah – ceramah yang diberikan kepada anggota Muhammadiyah  dan menerbitkannya dalam kursi anggota yang berjudul “ Risalah Tauhid dan Syirik”. Selain itu ada juga buku berjudul “Rangkaian Mutu Manikam dari Kiai Haji Mas Mansur ” buku ini merupakan kumpulan artikel yang tersebar di media sekitar tahun 1930-an.

Pandangan dan Pemikiran Mas Mansur

Disela-sela kesibukannya sebagai aktivis diberbagai pergerakan social dan politik Mas Mansur ternyata sempat pula berpikir kontemplatif-filosofis. Dalam hal ini pembahasan mengenai pandangan Mas Mansur dibatasi hanya pada pemikiran filosofisnya yang meliputi : agama, ketuhanan, manusia, ruh, akal wanita dan waktu.

1.      Agama

Kepandaian dan kecerdasan otak manusia telah menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sedemikian pesat, sehingga orang yang menyebut masa tersebut sebagai zaman modern sementara itu tampak sebuah fakta, dimana suatu masyarakat yang mengaku beragama Islam Ternyata hidup dalam keadaan terbelakang dan terjepit.Kenyataan ini membuat tak sedikit orang bersikap masa bodoh dan bahkan murtad dari agamanya.
Menurut Mas Mansyur, asumsi bahwa islam itu agama yang salah menghambat kemajuan pembenci dunia - seperti terbukti dengan keadaan pemeluknya yang bernasib hina papa miskin dan suka bertengkar, adalah keliru sama sekali. Ini terjadi karena mereka menilainya dengan sudut pandang yang salah. Mereka menilai dari keadaan pemeluknya, bukan dari sudut yang sebenarnya “mata air agama itu sendiri”. Asumsi ukuran kebenaran suatu agama terletak pada keadaan pemeluknya Mas Mansyur menyebutnya sebagai suatu “dakwaan yang sesat” . Secara apologise Mas Mansur menunjuk kepada peradaban Islam yang memperoleh kemajuan pada abad pertengahan jadi untuk menentukan benar atau tidaknya suatu agama haruslah diukur dari mata air agama itu Sendiri Mansyur menulis :
Kalau memangnya agama itu agama yang benar kita harus membongkar lebih dahulu kepada undang-undang yang dibawanya kalau undang-undang yang dibawanya itu mencocoki sunnatul uluhiyah (ketuhanan dan berdasar menurut perikemanusiaan). Maka itulah agama yang benar agama yang sejati agama yang sumbernya dari zat yang Esa yaitu Allah SWT
Oleh karena itu, ia berani mengingatkan bahwa “dakwaan yang demikian itu tidak akan terdapat dalam dada yang sehat dan merdeka di dalam pikirannya”. Menurutnya, Islam tetap tinggi tetapi umatnya belum tentu biarpun umatnya terpandang hina Cina Islam tetap mulia kehinaan umatnya bukan secara otomatis menunjukkan kehinaan Islam tegasnya “kehinaan dan kebenaran serta kemuliaan pemeluk suatu agama itu bukan menjadi ukuran atas kehinaan agama yang dipeluknya”. Kemudian Mas Mansyur menyimpulkan bahwa “kerendahan bangsa kita dewasa ini adalah boleh dikatakan karena kita sendiri bukan karena Islam bukan karena Muhammad dan bukan karena Alquran dan hadisnya”.

2.      Ketuhanan

Filsafat ketuhanan Mas Mansur sebagaimana terungkap dalam dialognya dengan Dr. Sutomo adalah bersifat Ortodoks. Menurut mas mansyur, segala benda itu asalnya tidak ada,kemudian ada. Zat yang mengadakan ialah Tuhan. Antara tuhan yang menciptakan dan alam yang diciptakan itu berbeda. Tuhan itu Khalik dan alam itu makhluk. Membuat itulah yang sesuai firman Allah dan sabda Nabi kata Mas Mansyur .Keyakinan saya menyebabkan saya menjadikan saya tunduk mengabdi kepada Tuhan kepada yang menjadikan saya tunduk taat menurut perintahnya dan meninggalkan larangannya.
 Mas Mansyur membagi filsafat ketuhanan dalam dua hal pertama tahu akan hakikat Tuhan kedua tidak tahu yang pertama berarti menggunakan pikiran secara terus-menerus dalam mencari atau mengetahui zat dan hakikat Tuhan dengan membebaskan diri dari batasan-batasan yang ditentukan .Sedangkan yang kedua sebaliknya yaitu tidak membebaskan pikiran dalam mencari dan mengetahui zat dan hakikat Tuhan bahkan terbatas batasnya ialah tidak tahu itu sendiri.Orang yang ber berfilsafat “tidak tahu” hanya tahu dan yakin bahwa Tuhan itu ada dan dialah yang menjadikan Alam seisinya ini tetapi jika ditanyakan kepadanya tentang keadaan zat dan dimana tuhan ia akan menjawab “tidak tahu”.

Filsafat tidak tahu ini pun dibaginya dalam dua hal pertama tidak tahu dan tidak mau tunduk pada syariat dan peraturan-peraturan yang diturunkan Tuhan kedua tidak tahu tapi tunduk pada syariat
Menurut Mas Mansyur, filsafat Ibnu Arabi Muhammad, Abduh dan Farid wajdi yang terkenal dengan filsafat emanasi (Neo- platonism,wihdatul) wujud termasuk dalam filsafat tahu.Sebab, mereka menggunakan pikiran mereka secara bebas untuk memikirkan hakikat pada keragu-raguan seperti tingkat Nirwana di dalam agama Buddha sehingga banyak lah yang beralih kepada filsafat tidak tahu misalnya Abduh dan wajdi .  Mas Mansyur mengatakan bahwa mereka keluar dari filsafat itu karena gelisah bingung sebab itu bukanlah tempat ketenangan hati dan jiwa penganutnya tempat ketentraman batin adalah di dalam filsafat tidak tahu Hati Siapa Tidak akan tentram jika tidak tahu dikatakan tahu dan tidak tahu dikatakan tidak tahu Kata Mansyur beralihnya Abdul dari filsafat tahu ke filsafat tidak tahu ditemukannya di dalam Kitab yang berjudul Risalat Al - Tawhid dan Tafsir Al Fatihah. Kedua buku ini menurut mansour ditulis Abdullah setelah safwatul Irfan dan majalah Nurul Islam majalah Al Azhar yang dirilis telah kitab Darul Ma'arif Adapun Ibnu Arabi terkenal dengan kitab futuhat Al Makkiyah nya belum dijumpai bahwa ia telah meninggalkan filsafat tahu tersebut
Selanjutnya Mas Mansyur mengatakan bahwa mereka menganut filsafat tidak tahu dan tidak mau tunduk kepada syariat kebanyakan dipengaruhi oleh hawa nafsu, sehingga ia mengabaikan begitu saja perintah maupun larangan agama. Sedangkan filsafat tidak tahu tetapi tunduk kepada syariat merupakan tempat kaum mukminin, seperti para rasul, nabi, sahabat dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka. Dalam pengamatan dan penilaian Mas Mansyur filsafat dan filsafat tidak tahu tetapi tunduk kepada syariat lah yang bisa membuahkan akhlak yang baik dan terpuji bersifat tidak tahu tetapi tunduk kepada syariat diakui oleh Islam. Adapun filsafat tahu dan bersifat tidak tahu tidak mau tunduk kepada syariat tidak akan diakui karena filsafat yang pertama tiada mengakui ayat-ayat Tuhan dan yang kedua hanya memper Urutkan hawa nafsu

3.      Manusia

Manusia diciptakan oleh Allah lengkap dengan segala kekuatan kelemahan dan kebodohannya. Dengan kekuatan yang dimilikinya yang mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mencapai apa yang diinginkan dan dicita-citakannya. Sedangkan di dalam kelemahannya tampak di kala ia masih bayi memasuki usia tua Renta dan menghadapi musibah atau maut. “Manusia itu lemah bilamana ia berhadapan dengan kemauan dan keputusan Tuhan” kata Mansur. Kebutuhan manusia pun tampak pada usia bayi dan tidak mempunyai untuk menghadapi apa yang terjadi pada masa yang akan datang hubungan dengan itu Mas Mansyur berkata :
 kelemahan itu hanyalah dikala kita menjadi air dimulai lahir dan setelah kita menjadi bangkai tetapi dikala kita masih hidup kekuatan itu tetap ada disamping kita tinggal bagi kita Apakah kita hendak mempergunakannya atau tetap kita menurut kelemahan yang asal muka kita Allah halalkan untuk kita
Mas Mansur sangat menghargai kekuatan manusia dan menentang kelemahannya pandangan Mas Mansur tentang kekuatan manusia ini memiliki kemiripan dengan pandangan beberapa filosof, terkemuka seperti Ali Al hudzaifi yang menentang keras paham panteisme serta perlunya sikap kekerasan, namun Mas Mansyur mengingatkan bahwa Disamping itu hendaknya kita melupakan apa yang disebutnya sebagai pendidikan sejati dalam Islam ya itu dikala kekuatan itu telah dimiliki maka janganlah merasa paling kuat sendiri sehingga timbul hawa nafsu dan lupa pada Tuhan.

4.      Ruh dan Akal Filsafat

Ruh dan akal filsafat Mas Mansyur mengenai rumah hampir mirip dengan filsafat Plato mengenai tubuh dan jiwa manusia atau dunia ide. Menurut Plato, sebelum dilahirkan dalam tubuh jasmani, jiwa yg sudah berada dengan memandang ide-ide. Setelah dilahirkan jiwa terkurung dalam tubuh dan senantiasa merindukan keadaan yang dinikmatinya sebelum lahir. Dalam eksistensinya sebagai manusia, Ia masih memiliki ingatan akan ide-ide sebelum lahir dan itu bisa dihidupkan kembali sejauh manusia melepaskan diri dari dunia jasmani dalam filsafat dunia idenya Plato mengatakan bahwa dunia jasmani, ini hanya meniru dunia ideal.
Roh itu pula yang menurut Mas Mansyur membungkam akal-akal merupakan suatu rahasia dibalik wujud dan kekuatan tubuh manusia yang mampu “menimbulkan kekuatan dan kekuasaan yang luar biasa untuk memerintah dan menunjukkan makhluk dan benda di alam ini”. Namun Apa hakikat ruh dan akal itu tiada seorang pun yang mengetahuinya, sehingga muncul dua pendapat yang berbeda di kalangan ahli pikir. Pendapat pertama mengatakan bahwa akal itu merupakan pancaran dari Nur Ilahi, dan kedua mengatakan bahwa akal itu termasuk makhluk.
Sendiri mengaku belum bisa menentukan mana yang benar dari kedua pendapat tersebut Namun ia tampaknya cenderung kepada pendapat yang kedua dengan mengutip sebuah hadis daif atau lemah yang artinya sebagai berikut sesudah Allah SWT menjadikan akal maka berfirmanlah kepadanya menghadaplah engkau maka akal itupun menghadaplah kembalilah engkau maka akan itu Kembalilah kemudian Allah berfirman pula dengan engkau aku melarang dan dengan engkau aku memberi pahala dan dengan engkau aku menyiksa menurut Mas Mansyur hadis tersebut secara jelas menyebutkan bahwa akal itu adalah makhluk kemudian akal itu ditawarkan kepada segenap makhluk di dunia, tetapi Tiada satupun yang sanggup menerimanya kecuali manusia. Setelah kali itu dimilikinya maka melejit telah Ia melebihi semua makhluk lainnya. Dan mencuat lah kecerdasan dan kekuatannya untuk menaklukkan serta mengelola dunia ini. sekalipun demikian Mas Mansur menegaskan bahwa manusia tak akan dapat mengenalnya.
Secara umum manusia itu sendiri terdiri dari empat unsur. Yaitu Apa yang disebut Mas Mansyur dengan jisim atau materi Hayat dan akal jika akan dibuang manusia bersifat tumbuh-tumbuhan kemudian hanya dihilangkan, jadilah ia sebagai benda batu sebaliknya jika batu diberi hayati yang bersifat tumbuh-tumbuhan. Jika tumbuh-tumbuhan diberi ruh, ia bersifat binatang dan jika binatang diberi akal yang bersifat seperti manusia jika ada yang bertanya Bagaimanakah hakikat di situ maka manusia tak bisa menjelaskan Ia memang bisa menjelaskan bahwa wujud batu itu Begini Begitu tetapi ia tidak dapat menjelaskan hakikat batu itu.
Dengan akal sebagai karunia Ilahi itu manusia bisa merasakan kenikmatan dan kebahagiaannya,  dan dengan itu pula tampak sekali perbedaan dan ketinggian derajatnya yang melebihi makhluk lainnya.

5.      Wanita

Wanita Mas Mansyur memulainya dengan menampilkan tiga paham filsafat yang berbeda mengenai wanita. Pertama, paham yang terlalu merendahkan paham ini hanya memandang wanita sebagai barang komoditi yang bisa dipergunakan sebagai pelampiasan nafsu kaum lelaki yang. Kedua, paham yang terlalu memuliakan paham ini bertolak dari anggapan bahwa manusia itu lahir dari rahim kaum wanita Oleh sebab itu kaum wanita diposisikan ke tempat yang paling amat mulia kemudian dihormati dan bahkan dipuja-puja sedemikian rupa. Ketiga, paham yang terlalu menyamakan paham ini memandang kaum wanita tak berbeda dengan laki-laki jadi di dalam segala hal kedudukan laki dan wanita harus disamakan atau emansipasi dalam pemahamannya Islam menetapkan status posisi dan hak-hak wanita sebagai berikut
1.      Manusia sama seperti lelaki
2.      Berhak untuk beragama berembuk dan menyelidiki
3.      Memiliki jiwa ruh semangat dan pikiran
4.      Berhak bersekutu dalam segala hal dengan kaum lelaki seperti dalam hal agama pergerakan politik dan lain-lain
5.      Harus mendapat waris
6.      Berhak atas kemuliaan
7.      Memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kaum lelaki hanya dalam rumah tangga laki-laki yang menjadi pemimpin
8.      Ada poligami Dengan maksud menjaga kaum lelaki untuk tak keluyuran mencari perempuan lain yang tak sah karena bisa merusak rumah tangga dan menjaga kaum lelaki untuk tak berzina karena berzina itu dilarang agama serta menjaga derajat kaum wanita dari lelaki yang berniat jahat dan tak bertanggung jawab
9.      Boleh atau berhak Meminta cerai apabila diperlakukan tidak semestinya oleh suaminya
10.  Memperoleh hak lebih dari bapak dalam hal pembagian hak anak

6.      Waktu

Mas Mansyur berkesimpulan bahwa apa yang dinamakan waktu kalah atau masa itu sebenarnya tiada berawal dan Tiada pula berakhir. Mansur menyimpulkan waktu dan Tuhan itu mempunyai hubungan yang erat, karena waktu itu pun merupakan sifat Tuhan. Tuhan bersifat Qidam dan Baqa’ adalah waktu maka dari itu Tuhan bersifat waktu dan dari itu pula Manusia tak boleh mencela waktu .Karena itu berarti mencela Sifat Tuhan. Dan mencela Sifat Tuhan berarti pula mencari Tuhan. Ini kata Mansur sesuai dengan hadis yang artinya janganlah kalian mencela waktu karena sesungguhnya waktu itu ialah Sifat Tuhan. Adapun hubungan waktu dengan alam berbeda dengan hubungan hubungan Tuhan dengan waktu. Alam itu tergenggam dengan waktu. Ibarat satu dari jutaan dalam sebuah garis yang tak berpangkal dan berujung. Waktu yang berlaku di Sekian banyak planet di alam semesta pun berbeda-beda waktu yang tiada terbatas ini penuh dengan segala macam kejadian tamsil dan ibarat maka dari itu Mas Mansur menganjurkan bahwa kerap menengok ke belakang ke masa masa silam yang untuk bermawas diri kemudian memohon ampun kepada Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA


Aqsa, D. (2005). Kiai Haji Mas Mansur (1896-1946): Perjuangan Dan Pemikiran. Jakarta: Erlangga.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resep Nasi Balap Khas Lombok

TIPS MENGHILANGKAN BADMOOD ala CUA